KEDIRI, sergaponline.online – Masalah sampah di Kota Kediri kini menjadi perhatian serius. Dengan volume sampah harian yang mencapai 150–160 ton, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Klotok mulai menunjukkan tanda-tanda kelebihan kapasitas. Pemerintah Kota Kediri pun terus berpacu dengan waktu untuk menekan angka tersebut, salah satunya melalui lomba zero waste tingkat RT.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, menyebutkan bahwa sebagian besar sampah yang masuk TPA berasal dari aktivitas rumah tangga. Oleh karena itu, penanganan persoalan ini harus dimulai dari lingkup terkecil, yakni keluarga dan komunitas RT.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan petugas kebersihan dan TPA. Semua warga punya peran penting, terutama dengan membiasakan konsep 3R: Reduce, Reuse, Recycle," tegas Vinanda saat membuka kegiatan lomba zero waste kawasan di Hutan Jayabaya, Kamis pagi (5/6).
Vinanda juga menekankan bahwa pemahaman teori pengelolaan sampah saja tidak cukup. Praktik langsung dan kebiasaan memilah sampah di rumah harus dibangun sejak sekarang. Ia berharap lomba ini menjadi titik awal perubahan perilaku masyarakat.
“Semangat mengelola sampah ini jangan hanya berhenti saat lomba. Kita ingin gerakan ini menjadi budaya yang hidup. Kota Kediri bersih bukan karena peraturan, tapi karena kesadaran warganya,” tambahnya.
Dari Sampah Jadi Cuan
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri, Imam Muttakin, menyatakan bahwa edukasi persuasif menjadi pendekatan utama dalam upaya ini. Ia mengajak masyarakat untuk mulai melihat sampah sebagai sumber daya, bukan sekadar limbah.
“Kami ingin masyarakat pelan-pelan mulai memahami bahwa sampah organik bisa diolah jadi kompos, dan sampah anorganik bisa dijual atau didaur ulang. Kalau dikelola dengan benar, sampah bisa jadi tambahan penghasilan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Imam mengakui bahwa TPA Klotok kini semakin sesak. Jika tidak ada langkah konkret dari hulu, maka ke depan bisa muncul krisis pengelolaan sampah.
"Setiap tahun timbulan sampah terus naik. Ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi. Maka dari itu, solusinya harus menyeluruh, dari masyarakat, RT, hingga kelurahan," jelasnya.
Gerakan Bersama Hadapi Darurat Sampah
Pemerintah Kota Kediri juga tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk komunitas lingkungan dan pelaku usaha daur ulang, untuk memperkuat ekosistem pengelolaan sampah terpadu. Gerakan pengurangan sampah dari sumbernya kini menjadi prioritas utama.
"Kuncinya adalah kolaborasi. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Warga, RT, komunitas, semuanya harus terlibat agar misi zero waste ini bukan mimpi kosong," pungkas Imam.
Dengan upaya berkelanjutan dan partisipasi aktif masyarakat, Pemkot Kediri optimistis bahwa permasalahan sampah dapat diurai, dan ke depan kota ini akan lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan.(red.al)
Posting Komentar