Kediri, sergaponline.online – Pemerintah Kota Kediri dihadapkan pada tantangan serius di sektor pertanian, khususnya terkait menyusutnya luas panen padi sejak dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, terjadi penurunan signifikan luas panen dari 1,86 ribu hektar pada 2022 menjadi 1,52 ribu hektar pada 2023, dan kembali turun menjadi 1,33 ribu hektar pada 2024.
“Penurunannya ini karena dampak El Nino,” ungkap Emil Wahyudiono, Kepala BPS Kota Kediri. Ia menambahkan, anomali cuaca tersebut menyebabkan musim tanam bergeser dan ketersediaan air irigasi menjadi terbatas.
Menariknya, meski luas panen menurun, produksi padi justru mengalami sedikit peningkatan. Pada 2024, produksi gabah kering giling mencapai 8,39 ribu ton, naik tipis dari 8,27 ribu ton pada 2023. Sementara itu, produksi beras juga meningkat dari 4,78 ribu ton menjadi 4,85 ribu ton. Namun, capaian ini masih jauh dari kata cukup. Sebab, kebutuhan konsumsi beras warga Kota Kediri pada 2024 mencapai 32,44 ribu ton, sehingga terdapat defisit yang signifikan.
“Kondisi ini menjadi alarm bagi kita semua. Tantangan ini perlu diatasi guna memastikan ketahanan pangan tetap terjaga,” tegas Emil.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri mencatat angka yang berbeda terkait luas panen pada tahun 2024. Kepala DKPP Kota Kediri, M. Ridwan, menyebutkan bahwa luas panen tercatat sebesar 1,18 ribu hektar, berbeda dari angka versi BPS yang mencapai 1,33 ribu hektar.
“Perbedaan ini karena metode penghitungan kami berbeda. Kami menghitung berdasarkan lahan produktif secara nyata. Jadi, kalau ada bagian lahan yang digunakan untuk jalan, gubuk, atau pengairan, itu tidak kami masukkan,” terang Ridwan.
Tahun ini, DKPP menargetkan luas panen seluas 1,132 ribu hektar dengan estimasi total produksi 8,264 ribu ton. Namun, target tersebut masih lebih rendah dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Tantangan cuaca, seperti curah hujan tinggi yang masih berlangsung hingga Mei, menjadi salah satu faktor penyebab turunnya target.
“Curah hujan tinggi menyebabkan sebagian lahan tergenang air karena sistem irigasi yang kurang maksimal. Ini membuat tanah menjadi kurang bagus untuk ditanami, walaupun jumlahnya tidak banyak,” jelasnya.
Selain itu, pembangunan jalan tol di wilayah Kota Kediri juga turut mengurangi luas lahan pertanian aktif. Sekitar 14 hektar lahan terdampak proyek infrastruktur ini. Meski begitu, Ridwan optimistis bahwa lahan pengganti bisa dimanfaatkan untuk mempertahankan produksi.
“Kami tetap optimis. Akan ada lahan pengganti dan kami maksimalkan produksinya. Yang penting petani tidak kehilangan semangat,” imbuh Ridwan.
Sebagai bentuk dukungan, DKPP berkomitmen memberikan pendampingan intensif kepada para petani. Hal ini termasuk dalam pengawasan distribusi pupuk agar tepat waktu dan tepat sasaran.
“Dengan pendampingan yang tepat, kami berharap hasil pertanian bisa tetap optimal meskipun dengan berbagai keterbatasan,” pungkasnya.(red.al)
Posting Komentar