Minim Pendaftar, SDN Wayut 01 Madiun Hanya Dapat Dua Siswa Baru

 

 Madiun, sergaponline.online– Nasib memprihatinkan dialami SD Negeri Wayut 01, yang berlokasi di Desa Wayut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun. Pada penutupan masa Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 2025/2026, sekolah ini hanya berhasil menjaring dua murid baru.

"Hingga batas akhir pendaftaran, hanya dua siswa yang mendaftar," ujar Kepala SDN Wayut 01, Sri Suhartik, kepada detikJatim, Sabtu (21/6/2025).

Pendaftaran siswa baru dibuka sejak 2 Juni hingga ditutup pada 20 Juni 2025. Menurut Sri, fenomena minimnya pendaftar bukanlah hal baru. Kondisi serupa telah terjadi dalam enam tahun terakhir.

Total Siswa Hanya 19 Orang

Saat ini, total siswa aktif di SDN Wayut 01 hanya 19 orang, terdiri dari:

  • Kelas 1: 2 siswa

  • Kelas 2: 2 siswa

  • Kelas 3: 2 siswa

  • Kelas 4: 5 siswa

  • Kelas 5: 3 siswa

  • Kelas 6: 5 siswa

Sementara jumlah lulusan tahun ini sebanyak 4 siswa.

Ironisnya, jumlah guru dan tenaga pengajar justru melebihi jumlah siswa. Tercatat ada 11 orang, terdiri dari guru kelas, guru olahraga, guru agama, dan operator sekolah.

Sekolah dan Dinas Sudah Berupaya

Sri mengungkapkan bahwa pihak sekolah bersama Dinas Pendidikan telah melakukan berbagai upaya untuk menarik minat masyarakat agar menyekolahkan anaknya di SDN Wayut 01. Namun, keputusan tetap berada di tangan orang tua.

"Upaya promosi sudah dilakukan. Tapi kembali lagi, keputusan akhir tetap pada orang tua," ujarnya.

Faktor Lokasi dan Keamanan Jadi Pertimbangan Orang Tua

Minimnya pendaftar di SDN Wayut 01 dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah lokasi sekolah yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Madiun. Banyak orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah yang berada di dalam kota.

"Sejak PAUD dan TK, banyak anak dari Desa Wayut yang sudah sekolah di wilayah kota. Otomatis mereka ingin melanjutkan SD di sana juga," ungkap Sri.

Faktor lain yang juga memengaruhi adalah aspek keamanan. Sri menjelaskan bahwa di sisi barat sekolah terdapat SMP dan SMK, di mana lalu lintas kendaraan, terutama sepeda motor, cukup ramai.

"Sering terjadi kecelakaan kecil karena padatnya lalu lintas pelajar. Orang tua khawatir, sehingga lebih memilih madrasah (MI) yang akses jalannya lebih aman," jelasnya.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah dan dinas pendidikan dalam menyelamatkan sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan murid. Selain strategi promosi, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap zonasi, aksesibilitas, dan kebutuhan masyarakat untuk memastikan pendidikan dasar tetap merata dan inklusif di wilayah pinggiran.  (red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama