Pulau Mangkir Ketek, Permata Kecil di Tengah Sengketa Aceh-Sumut

   


KEDIRI,    sergaponline.online   – Sengketa batas wilayah antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara kembali mengemuka, memicu diskusi hangat di berbagai lini media dan masyarakat. Isu ini mencuat seiring klaim atas sejumlah pulau kecil di wilayah perbatasan, termasuk Pulau Mangkir Ketek—sebuah pulau mungil yang ternyata menyimpan potensi luar biasa.

Empat pulau dikabarkan menjadi sumber perbedaan klaim administratif antara Aceh dan Sumut, yakni Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, Pulau Panjang, dan Pulau Lipan. Namun, perhatian publik kini tertuju pada Pulau Mangkir Ketek yang secara geografis berada di Samudra Hindia, hanya sekitar 1,2 km dari garis pantai Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Meskipun secara posisi dekat dengan wilayah Sumatera Utara, Pulau Mangkir Ketek sejak lama diklaim sebagai bagian dari Kabupaten Aceh Singkil. Klaim ini diperkuat oleh adanya tugu bertuliskan “Selamat Datang” yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, sebagai penanda administratif dan simbol kultural kepemilikan.

Secara historis dan administratif, Aceh menyatakan bahwa pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah mereka sejak lama. Penduduk sekitar dan data administratif lokal juga mendukung klaim tersebut, menjadikan Mangkir Ketek sebagai bagian dari warisan wilayah Aceh yang kini dipertanyakan.

Namun di luar polemik batas wilayah, Pulau Mangkir Ketek—atau dikenal juga sebagai Mangkir Kecil—memiliki daya tarik tersendiri. Luasnya yang hanya sekitar 6,15 hektare tak mengurangi keindahan alam yang ditawarkannya.

Pulau ini dikelilingi pantai berpasir putih bersih, dengan lanskap yang masih sangat alami. Vegetasi khas pesisir seperti pohon kelapa, cemara laut, hingga mangrove tumbuh subur dan menjadi rumah bagi berbagai jenis fauna laut dan burung tropis.

Tak hanya menyimpan keindahan visual, pulau ini juga menyimpan potensi ekologis yang besar. Para pemerhati lingkungan menyebut bahwa Mangkir Ketek sangat cocok untuk dijadikan kawasan riset dan konservasi biota laut. Kekayaan terumbu karang, spesies laut langka, serta posisi geografisnya yang cukup strategis menjadikan pulau ini kandidat ideal untuk pengembangan eco-marine tourism dan pusat studi keanekaragaman hayati.

Dengan potensi sebesar itu, tak heran jika keberadaan Mangkir Ketek kini menjadi lebih dari sekadar persoalan batas wilayah. Pulau ini menjadi simbol dari pentingnya menjaga dan mengelola wilayah pesisir secara bijak, sekaligus menjadi pengingat bahwa pulau kecil pun bisa memiliki nilai besar—baik dari sisi budaya, ekologi, maupun geopolitik.

Kini, harapan publik adalah agar kedua provinsi dapat menyelesaikan perbedaan dengan pendekatan dialog dan hukum yang bijak, sembari tetap menjaga potensi alam yang dimiliki pulau-pulau tersebut demi kemaslahatan bersama.(RED.A)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama