Insiden Wisatawan Brasil di Gunung Rinjani, BTNGR Jatuhkan Sanksi untuk Pemandu dan Operator Tur

 

Kediri,    sergaponline.online   – Insiden tragis yang menimpa wisatawan asal Brasil, Juliana Marins, saat mendaki Gunung Rinjani pada 21 Juni 2025 berbuntut panjang. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menjatuhkan sanksi sementara berupa blacklist terhadap pemandu pendakian, serta penangguhan izin kepada operator tur yang menangani pendakian tersebut.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BTNGR, Yarman, yang menyebut sanksi tersebut diberlakukan selama proses penyelidikan berlangsung. Langkah ini ditempuh sebagai bentuk evaluasi menyeluruh atas prosedur pendakian dan keamanan wisatawan di kawasan Gunung Rinjani.

Juliana Terjatuh di Jalur Puncak, Guide Disorot

Juliana diketahui mendaki bersama enam orang lainnya, didampingi satu pemandu dan beberapa porter. Mereka memulai perjalanan dari jalur Sembalun pada 20 Juni 2025. Namun, saat dalam perjalanan menuju puncak, Juliana diduga tersesat dan terjatuh ke jurang berkedalaman ratusan meter.

Menurut Yarman, saat ini hanya sekitar setengah dari total 661 pemandu di kawasan Rinjani yang telah memiliki lisensi resmi. Status perizinan pemandu yang mendampingi Juliana kini tengah ditelusuri oleh BTNGR.

Pemandu Membantah Meninggalkan Korban

Pemandu dalam pendakian tersebut diketahui bernama Ali Musthofa. Ia membantah keras tudingan bahwa dirinya meninggalkan Juliana di tengah perjalanan.

“Saya tidak meninggalkan Juliana. Saya sudah memberikan pengarahan sebelumnya dan menunggu di titik temu. Banyak yang menilai tanpa tahu kejadian yang sebenarnya,” ujar Ali, seperti dilansir dari media lokal.

Evaluasi Total Sistem Pendakian Rinjani

BTNGR bersama pihak kepolisian saat ini masih mendalami kemungkinan kelalaian prosedur atau pelanggaran standar pendakian. Jika terbukti, bukan tidak mungkin sanksi hukum akan diberlakukan kepada pihak terkait.

Selain itu, BTNGR juga berencana melakukan evaluasi total terhadap sistem pendakian Rinjani. Salah satu wacana yang muncul adalah mengubah konsep wisata dari sekadar tracking menjadi mountaineering, serta mewajibkan seluruh pemandu mengantongi lisensi resmi dari Dinas Pariwisata NTB.

“Ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam kegiatan wisata alam seperti pendakian gunung,” tandas Yarman.  (RED.A)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama