Makassar, sergaponline.online – Suasana khusyuk di Masjid Darul Falah, Minasa Upa, Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, mendadak berubah menjadi duka mendalam. Ustadz Dr. HM Yahya Waloni M.Th (55), menghembuskan napas terakhirnya di atas mimbar Jumat, saat menyampaikan khutbah kedua, Jumat (6/6/2025) siang.
Kematian dai muallaf yang dikenal tegas menyuarakan tauhid itu terjadi begitu cepat dan mengejutkan. Saat itu, beliau baru saja memulai khutbah kedua dan mengajak jamaah untuk memperkokoh keimanan dan meneladani ketakwaan Nabi Ibrahim AS.
“Beliau masih sempat menyampaikan pentingnya mentauhidkan Allah SWT. Tapi sebelum doa penutup khutbah kedua, beliau terjatuh,” ujar Harfan Jaya Sakti (39), Sekretaris Takmir Masjid Darul Falah, yang duduk di barisan pertama saat khutbah berlangsung.
Momen Haru di Hari Raya Idul Adha
Hari itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Ustadz Yahya Waloni dijadwalkan memberikan khutbah Jumat sejak pekan sebelumnya. Sebelumnya, ia juga sempat menjadi khatib Idul Adha di masjid lain di pusat Kota Makassar. Bersama istrinya, Sitti Mutmainnah (34), beliau menginap di Hotel Prima di Jalan Dr. SAM Ratulangi, sekitar 9,7 kilometer dari Masjid Darul Falah.
Sekitar pukul 10.30 WITA, panitia menjemput beliau ke masjid. Sebelum naik ke mimbar, Ustadz Yahya masih menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban di halaman masjid. Ia terlihat tenang, membaca surah Al-Kahfi dan berzikir sambil menunggu waktu salat Jumat.
“Tema khutbah beliau sangat menyentuh, tentang kekuatan iman dan ujian Nabi Ibrahim ketika diperintahkan menyembelih putranya, Ismail. Itu benar-benar menggugah hati kami,” ujar Harfan.
Khutbah berlangsung sekitar 15 menit. Jamaah memadati ruang utama masjid hingga ke lantai dua. Guru Besar Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin, Prof. Dr. Syahruddin Usman (61), yang juga hadir sebagai jamaah, mengaku mendengar jelas pesan-pesan spiritual Ustadz Yahya.
“Suaranya lantang, penyampaian beliau tenang, sangat menyentuh. Tapi detik-detik akhir sungguh mengejutkan,” kenangnya.
Tiba-Tiba Pegang Dada, Kemudian Terjatuh
Sekitar pukul 12.25 WITA, Ustadz Yahya mengakhiri khutbah pertama, duduk sejenak, lalu kembali berdiri untuk menyampaikan khutbah kedua. Tak disangka, baru beberapa kalimat berjalan, beliau tiba-tiba memegang dadanya.
“Saya kira beliau mau minum, ternyata langsung terduduk dan terjatuh,” cerita Harfan dengan suara bergetar.
Jamaah shaf depan panik. Imam dan pengurus masjid langsung naik ke mimbar memberikan pertolongan. Harfan mengatakan, matanya masih terbuka sejenak, namun tanda-tanda sakratul maut sudah tampak.
Majelis Jumat pun terhenti. Ustadz Yahya segera dievakuasi ke RS Klinik Bahagia Minasa Upa yang berjarak sekitar 100 meter dari masjid. Namun, belum sempat mendapatkan tindakan lebih lanjut, Ustadz Yahya sudah dinyatakan tidak sadar.
“Kami tidak tahu pastinya wafat di masjid atau di UGD. Tapi saat dievakuasi, beliau sudah tak merespons,” ungkap Harfan.
Jenazah Dikembalikan ke Masjid, Istri Menangis di Belakang Ambulans
Pukul 12.35 WITA, tubuh Ustadz Yahya dibawa ke klinik. Setelah salat Jumat dilanjutkan sekitar pukul 13.46 WITA, kabar wafatnya mulai menyebar di masjid. Sekitar pukul 13.45 WITA, jenazah almarhum dibawa kembali ke masjid untuk disemayamkan sementara di dekat mimbar tempat ia menyampaikan khutbah terakhirnya.
“Ambulans datang, di bagian belakang saya lihat istri beliau duduk menemani jenazah. Tangisannya menyesakkan dada,” tutur seorang jamaah yang tidak ingin disebut namanya.
Hingga pukul 14.00 WITA, suasana di masjid masih diselimuti duka. Jamaah yang baru saja menunaikan salat Jumat tak menyangka, khutbah hari itu menjadi khutbah terakhir Ustadz Yahya Waloni.
Jenazah rencananya akan segera dimandikan, dikafani, dan diterbangkan ke kediaman beliau di Jakarta untuk dimakamkan.
“Inilah detik-detik wafatnya seorang dai, dalam keadaan berdiri di jalan Allah, di atas mimbar Jumat, dalam khutbah yang menyeru umat kepada keimanan dan ketakwaan. Husnul khatimah yang begitu mulia,” ujar Prof. Syahruddin dengan mata berkaca-kaca. (red.al)
Posting Komentar